“Menjadi fangirl itu adalah kebanggaan, tapi
aku hanya bisa berharap dan berharap”
Disaat setiap orang menjalani
hidup mereka seperti biasanya, begitu pula denganku. Aku menjalani hari-hariku
seperti biasanya. Yah, biasanya aku terus meng-update berita-berita mengenai idolaku. Mengikuti setiap mereka comeback, meng-unduh lagu dan Music Video, serta mengunduh berbagai
video comeback mereka di acara music show.
Tak jarang aku menyisihkan uang
jajan agar bisa membeli barang-barang yang sama dengan idolaku, ataupun
barang-barang yang berhubungan dengan mereka.
Setiap hari aku menyempatkan
untuk menonton video mereka. Dan itu seperti sebuah keharusan. Satu video
disatu hari itu membuatku lega atau sekedar mendengar lagu mereka.
Ketika aku bersama dengan teman-temanku, aku selalu
berbicara tentang idolaku. Sekalipun, mereka (teman-temanku yang lain) menatap
aneh kami bahkan berpikir bahwa kami berlebihan. Ya, tiada hari tanpa
perbincangan mengenai Kpop. Minimal satu dua kata saja mengenai Kpop harus
keluar ketika aku berada di sekolah.
Apapun yang orang pikirkan, tapi Kpop, seperti menjadi
bagian dalam hidupku. Kpop seperti sebuah semangat yang hadir diantara sedihku.
Kpop seperti sebuah pundak dikala aku bersedih, aku akan memandang poster-poster
yang menempel didinding dan itu membuatku terasa lebih nyaman. Sekalipun hanya
sebuah poster tapi bagiku itu lebih seperti sebuah pundak yang siap menerima
air mataku dikala aku bersedih.
Ya, itulah aku sebagai seorang fangirl. Menganggap sebuah
poseter nyata padahal itu hanyalah kertas yang dicetak dengan gambar menyerupai
artis idolaku. Tapi, aku masih sadar kalau artis yang sebenarnya bukan di
poster itu. mereka memang ada tapi tidak didekatku. Mereka ada dinegara yang
berbeda denganku, dengan bahasa yang beda, dan kehidupan yang berbeda.
Mereka selalu menghiburku dengan berbagai karya yang mereka
keluarkan. Sedangkan aku, aku menjadi penyemangat bagi mereka.
Aku ingin bertemu dengan mereka. Inginnya bertemu secara
langsung dan berbincang bahkan menjadi akrab dengan mereka. Tapi siapakah aku
ini? Menonton konser saja sudah syukur. Itupun kalau sudah pernah ke konser.
Aku terus berusaha mengumpulkan uang, agar ketika mereka datang di negaraku,
aku bisa pergi dan melihat mereka, sekalipun dalam jarak yang terbatas. Dari
kejauhan, dibawah panggung.
Tak jarang aku sering membayangkan, bagaimana kalau aku
bisa menjadi pacar dari biasku? Berada didekatnya. Aku hanya bisa
membayangkannya saja, dan berharap itu bisa benar-benar terjadi. Tapi apa yang
bisa aku harapkan? Mereka hanya menganggapku sebagai fans yang memberi semangat
dan cinta untuk mereka. Yang mereka tahu, aku melakukan apapun untuk mereka.
Yang mereka tahu aku terhibur dengan penampilan saat comeback mereka. Yang mereka tahu aku selalu mengupdate apapun tentang mereka. Ya, itu
karena aku hanya seorang fans.
Setiap kemungkinan dalam hidup ini, termasuk kemungkinan
menjadi pacar bias ataupun bertemu dan akrab dengan mereka pasti ada. Nothing impossible kan? Tapi,
kemungkinan hanyalah kemungkinan, belum bisa dipastikan kapan itu akan terjadi,
BELUM PASTI. Aku hanya bisa berharap tak lebih.
Setidaknya, melihat mereka semakin hari, mengikuti waktu,
semakin sukses dan semakin dikenal. Penghargaan silih berganti datang menyapa.
Sudah cukup membuatku senang. Kata terima kasih dan cinta untuk fans akan
keluar dari mereka.
Kata ‘Cinta’. Eum,,, mereka memberikanku sebuah cinta yang
besar, tapi itu karena aku sebagai fans mereka. Tak bisakah aku mendapatkan
cinta sebagai seorang gadis yang spesial bagi idolaku? Aku harusnya sadar, fans
adalah fans, orang spesial adalah orang spesial. Bukankah dengan melihat mereka
masih mengingat dan memperhatikan kita (fans) sudah membuat kita senang?
Aku pernah berpikir, bagaimana bila aku bukan seseorang
yang menyukai kpop seperti sekarang ini? Mungkin aku tidak akan bermimpi
setinggi ini untuk menjadi pasangan bias, bertemu dan menjadi akrab dengan
idolaku. Aku pun tak perlu menyisihkan uang jajan untuk membeli barang-barang
yang berhubungan dengan artis, dan memikirkan konser mereka yang akan digelar
dinegaraku.
Tapi, aku tahu, aku memang ditakdirkan untuk menjadi
seorang kpop. Bisa dibayangkan ketika aku merasa orang disekitarku seperti
tidak ada, mereka, idolaku bisa menghiburku melalui video yang ku lihat melalui
layar laptop.
Hariku terasa berwarna. Membayangkan, bermimpi, berharap
dan berharap, menjadi bagian dalam hari-hariku. Mungkin saja ketika aku bukan
seorang kpopers, aku hanya berdiam diri dirumah, menonton TV, film melalui
laptop, memainkan twitter dan facebook dengan perbincangan yang tak jelas
dengan teman-temanku atau tak berbincang sama sekali. Sekarang bagiku hidup
seperti itu membosankan. Ketika aku menjadi seorang Kpopers, aku hanya akan
menonton kdrama akan tayang di tv, konser yang di tayangkan, atau apapun yang
berbau Kpop dan Korea. Laptopku penuh dengan Kdrama, video, foto, dan
lagu-lagu, apapun yang berhubungan dengan Korea hingga aku harus membeli
hardisk eksternal mengingat hardisk laptopku yang mulai penuh. Dinding kamarku
tak polos dengan warna yang tak harus ku tatap karena tak ada yang bisa ditatap
dari warna polos, dinding kamarku terpajang poster-poster yang berderetan.
Setiap pagi aku disambut oleh senyuman dan tatapan hangat dari poster-poster
itu.
Sungguh, menjadi Kpopers adalah kebahagiaan tersendiri yang
tak bisa diungkapkan dengan kata-kata. Ketika seseorang sibuk dengan dirinya
sendiri. Akupun sibuk mencari teman-teman yang memiliki ketertarikan yang sama
denganku melalui jejaring sosial. Dengan bahasa yang berbeda, tak menjadi penghalang
untuk kami berteman. Bahkan aku merasa senang karena dengan begitu aku bisa
melatih kemambuan berbahasa Inggrisku dengan melakukan percakapan bersama
mereka. Akupun bisa belajar (sedikit) bahasa mereka. Keuntungan yang cukup
besar kan ketika menyukai Kpop?
Dan aku akan tetap menjalani hidupku sebagai seorang Kpop.
Tak peduli apa pendapat orang. Aku adalah aku. Dan aku masih tahu akan batas
wajar ketika aku menyukai Kpop.
Kpop make my life so
color full, so don’t try to ruin my color.