Thursday, 18 December 2014

Make My Life Complete: Part 3

 

DIA YANG MENGUBAH SIKAP
“Hai! aku Dita, anak kelas 7-1. Kamu di kelas ini juga kan? Nama kamu siapa?” sapa’an gadis dengan rambutnya yang di kepang satu, dengan percaya dirinya mendekati dan ingin berkenalan dengan Elsa.
“aku Elsa.” Jawab Elsa datar yang saat itu sedang membaca sebuah komik.
Sikap dingin Elsa ketika baru menginjak bangku SMP itu membuat banyak teman-temannya tidak berani mendekati Elsa. Selain karena keluarga Elsa yang di anggap terpandang dan di kenal banyak oleh orang tua siswa yang lain, juga sering bertemu bila ada pertemuan perusahaan.
“Komik yah? Kamu suka komik apa? Misteri? Romantis? Lucu? Kalau aku sih lebih suka  komik Misteri, apalagi yang Detektife Conan itu loh. Keren!” kata Dita yang penuh semangat.
Elsa hanya menatap gadis yang duduk disampingnya itu. Terlihat kalau gadis itu menginginkan sesuatu dari Elsa.
“Aku dengar. Orang tua kamu banyak di kenal oleh orang tua siswa di sini. Udah gitu pas ada pertemuan katanya kamu dingin ama anak-anak yang kamu temui.” Dita ceplas ceplos namun Elsa tetap tak menghiraukannya.
“Tadi pagi aku lihat kamu diantar mama kamu. Mama kamu cantik deh.” Lanjut Dita
“Terima kasih.” Kata Elsa ketika Dita memuji Mamanya.
“Mama aku sering cerita loh kalau mama kamu itu baik banget...” lanjut Dita.
“Udah selesai...?” Elsa mulai jengkel, sebal mendengar kata-kata Dita yang sok akrab.
“Belum...”
“terus sampai kapan? Sampai kapan kamu mau ganggu ketenangan aku?”
“sampai kamu tersenyum..” kata Dita.
Elsa terdiam dan membatin ‘tersenyum? Apaan sih? Aneh deh.’
“aku ingin melihat kamu senyum.” Lanjut Dita dengan senyum kecil di bibirnya.
“okey.. tapi setelah aku tersenyum kamu bakal pergi kan?”
Dita menganggukkan kepala sambil tersenyum. Berharap banyak jika Elsa akan memberikan dia sebuah senyuman.
Elsa tersenyum dengan terpaksa, mencoba melebarkan bibirnya menjadi sebuah lengkungan tanda ia tersenyum. “Udah ‘kan?”
“kamu nggak sepenuhnya senyum.” Dita tampak tak puas “Itu bukan senyuman yang aku inginkan.”
“Aku kan udah senyum? Mau kamu kayak gimana sih?”
“Aku ingin kamu senyum, kayak tadi pagi. Pas mama kamu masuk ke mobil. Coba anggap aku sebagai mama kamu.”
Elsa mencoba, mencoba tersenyum seperti yang di inginkan Dita.
“itu dia. Aku nggak tahu kalau hati kamu ikut tersenyum atau enggak, tapi itu yang aku ingin lihat, senyum bibir kamu yang murni pasti di ikuti dengan eyesmile kamu. Terima kasih Elsa.” Dita pergi dengan kepuasan dihatinya.
Eyesmile? Hati yang tersenyum? Apa istimewanya bagi dia melihat senyumanku?’ Elsa membatin dan melanjutkan membaca komik yang di pegangnya, ia tidak mengerti akan maksud dari Dita. Bagi Elsa senyum yang di lakukannya tadi hanyalah senyum biasa.
***
“Elsa? Udah mau pulang? Mau di jemput atau mau pulang sendiri?” Dita mendekati Elsa.
“aku mau naik bus. Nggak ada yang bisa jemput sih.”
“yah udah, pulang bareng sama aku mau?”
“boleh, asal nggak nge-repotin.”
“ya enggak lah. Aku nggak bakal pernah merasa direpotin sama teman terbaikku, apalagi teman yang memiliki eyesmile indah kayak kamu.”
“Lebay deh. Dari awal kita bertemu, jadi kamu cuma suka eyesmile aku aja gitu?”
“nggak juga, selain eyesmile kamu, aku ingin mencobah menghangatkan kamu.”
“hangatin aku?”
“iya. Kamu itu kan sedingin es dulu, makanya banyak yang takut deketin kamu.”
“nggak gitu juga kok. Tapi, pas ada siswa yang rambutnya waktu itu di kepang, nyebelin banget, dia ngubah aku. Makasih Dita, sekarang banyak yang berteman bahkan dekat ama aku.”
“bye Dita.. bye Elsa.. kita duluan yah.” Dua gadis yang berjalan bersama tampak melambaikan tangan mereka. Elsa dan Dita membalas lambaian tangan mereka.
“Elsa.. Dita.. duluan yah.” Seorang gadis melewati mereka.
“tapi kalau kamu begitu dekat dengan mereka aku jadi takut.” Dita menggandeng tangan Elsa.
“Takut apa?”
“Kalau nanti kamu akan bersama mereka terus dan nggak dekat lagi ama aku. Harusnya aku nggak menghangatkan seorang Ofelsa Inori Yesyurun. Biar aja dia tetap dingin.”
“Ye~ kamu kok yang mau deketin aku. Tapi tenang aku nggak mungkin ninggalin kamu. I will always by your side Ardita Stefany.” Elsa tersenyum kepada Dita, sambil menunjukkan senyum yang di ikuti eyesmile yang suka di lihat Dita.
“Kalau gitu beri aku begitu banyak senyuman yang hangat dan eyesmile yang banyak. Terus berikan juga itu kepada orang lain. Ah itu mobilku udah datang, ayo Sa.” Dita menunjuk pada mobilnya yang berwarna coklat.
“Pak Somat, kita antar Elsa dulu yah.” Kata Dita kepada supirnya saat berada di dalam mobil.
“Tapi kita memutar aja yah, Non Dita. Kalau ikut jalan biasa macet banget, tadi pak Somat juga agak lama karena macet.” Kata supir yang berumur 44 tahun itu, dan mulai memacu mobil berwarna coklat itu.
“Pak Somat tetap ramah yah. Kayaknya berat badan Pak Somat juga bertambah.”
“ah masa? Mungkin Cuma perasaan Mba Elsa.” Supir itu melirik ke arah kaca spion tengah.
“Pak Somat emang udah tambah gemuk, habis udah jarang olahraga sejak Papa jadi sering berangkat ke Ambon. Oh ya, Untung kamu bareng aku Sa. Kalau naik kendaraan umum, bisa-bisa terjebak macet.”
“iya, aku memang beruntung karena ada kamu ya Dit.”
“Udah mau ujian semester genap yah? Nggak terasa udah mau satu tahun kita di SMP ya, Sa?” Dita bersandar pada kursi mobil.
“Kita bakal naik kelas. Jadi kakak kelas, ya otomatis kita bakalan punya banyak adik kelas.”
“iya sih, tapi aku takut pas mau Ulangan nanti. Paling banyak hasil yang... ah malas aku  mikirinnya.”
“makanya belajar Dit. Nanti kita belajar bareng, gimana?”
“boleh. Tapi kita belajarnya di kafe gitu yah?”
“eh~ kafe? Yang ada bukannya belajar tapi Cuma makan-makan atau jalan-jalan. Nggak.. Nggak.. kita belajarnya di rumah.”
“hehehh iya deh. Kamu mau ikut aku sebentar sore nggak?”
“kemana?” Elsa melihat Dita.
“aku mau ke mall. Mau, beli sesuatu yang aku bakal... Ah, nggak jadi deh. Kamu nggak usah ikut.”
“Apa sih? Tadi dia yang ngajak, sekarang malah dia yang nggak kasih. Aku juga lagi malas keluar rumah.”
“Udah nyampe Sa. Kayaknya memutar lebih cepat, padahal jaraknya lebih jauh.”
“Walaupun memutar jauh, tapi kalau nggak macet parah, pasti bakalan lebih cepat, Non.” Kata Pak Somat.
“Terimakasih yah Dita tumpangannya. Terimakasih juga Pak Somat.”
Pak Somat tersenyum,membalas ucapan terimakasih dari Elsa.
“Tunggu Sa. Bentar dikit yah Pak Somat. Elsa Kamu suka Kpop nggak?” kata Dita, yang menahan Elsa saat akan membuka pintu mobil.
“Apa’an tuh?” Elsa bingung
“Koren Pop. Coba deh kamu cari yang Super Junior, udah mereka ganteng-ganteng, lagu ama dancenya juga keren dan enak didengar.”
“oh Korea. Okey bakal aku coba. Bye, see you ya Dit.” Elsa keluar dari mobil, lalu menutup pintu mobil.
“Elsa! Smile~ aku pengen lihat senyum kamu yang terakhir di hari ini.” Tiba-tiba Dita memanggil
“okey~ ini buat sahabat terbaik ku Ardita Stefany.”
Elsa tersenyum menuruti keinginan temannya itu.
“Cantiknya... sampai jumpa besok Elsa. Simpan senyumnya buat aku yah.” Mobil mulai melaju Dita menaikkan kaca jendela.
“Super Junior” Gumam Elsa sambil membuka pagar rumahnya.
***
            Pyeongsaeng gyeote isseulge, I do
            Neol saranghanein geol, I do
            Nungwa bigawado akkyeojumyeonseo, I do
            Neoreul jikyeojulge my love
            “Wah, Super Junior, mereka memang ganteng. Suaranya juga nggak perlu di ragukan. Keren! Dita emang nggak salah kalau cari idola. Lanjut yang lain ah.” Elsa merasa kagum ketika melihat video musik dari salah satu boyband Korea itu.
            Neoreul cheom boge dweeosseo
            Neol weonhaji anko gyeondilsuga isseulka
            Geuroka chyeoda bojima
            Neowaui game eul ajik shijak  anhaesseo
            “wajah dan dance mereka di sini tampak lebih jelas.” Kata Elsa ketika melihat Video Musik lain dari Super Junior.
Naegeseo tarojeomeul bwa
            Neoui isanghyeong chaja bwajulteni
            Geu namjaga naega dwega haejulteni
            Cause I can’t stop thinking about you girl
            “Elsa makan malam.” Panggil Mama Elsa.
            Elsa segera mematikan video dan komputernya. Padahal Elsa masih ingin melihat dan mendengarkan lagu dari boyband asal Korea Selatan yang beranggotakan 13 orang itu.
            “yeah makan malam yang lengkap. Ada Papa ada Mama. Papa kan jarang makan malam bareng karena kerja.” Kata Elsa saat berada di meja makan melihat kedua orang tuanya telah duduk.
            “udah cepat. Kamu yang berdoa makan.” Kata papa Elsa.
            “Mari kita berdoa.” Elsa dan kedua orangtuanya menutup mata dan berdoa untuk makan malam itu.
            Dalam doa makan Elsa, suara tv yang volumenya sudah dikecilkan terdengar ditelinga Elsa.
            “Amin.” Elsa menutup Doa.
            Telah terjadi kecelakaan di tol dan menewaskan satu orang. Mobil truk pengangkut semen melaju dengan kecepatan tinggi dan menabrak sebuah mobil berwarna coklat. Sopir truk semen dan sopir dari mobil berwarna coklat dilarikan kerumah sakit, bersama korban yang meninggal.
            “Mobilnya coklat itu hancur.” Kata Papa  Elsa ketika melihat tayangan berita kecelakaan itu.
            “Kayak mobil Dita.” Gumam Elsa. “Warna dan mobilnya mirip.”
            “Iya yah, Papa juga sempat lihat mobil Dita, pas di bawah ke pertemuan sama orang tuanya. Tapi kan banyak mobil kayak gitu Sa.” Ucap Papa Elsa sambil mengambil lauk ketika mendengar gumam Elsa.
            Diketahui korban meninggal bernama Ardita Stefany, seorang siswa SMP. Polisi masih menyelidiki akan kecelakaan itu.
            “Dita?” Sendok yang dipegang Elsa tampak jatuh dari pegangannya.
            Papa Elsa segera berdiri dari kursi yang ia duduki “Papa, mau keluar sebentar.”
            “papa mau melihat Dita kan? Elsa ikut.” Elsa tidak percaya dengan berita tv itu.
            “mama juga ikut. Mama mau nguatin batinnya mama Dita. Mamanya Dita kan teman baik Mama.” Sambung Mama Elsa.
            “mama apa’an sih? Kita kan Cuma mau nge-cek. Bukan berarti berita di tv itu bener loh.” Elsa tak ingin mendengar jika berita itu benar terjadi.
            “ya udah kalau kalian ingin ikut. Cepat, pasti banyak rekan kerja Papa sudah berdatangan disana.” Papa Elsa segera mengambil kunci mobil.
            Suasana di rumah Dita memang mulai ramai, baik rekan kerja, ataupun kenalan sudah mulai berdatangan. Dengan langkah yang berat, Elsa memasuki rumah itu. Pembantu Dita tampak duduk di sofa, matanya bengkak, tampaknya telah lama menangis. Elsa segera menghampiri wanita setengah baya itu.
            “Tante Sum.” Dita segera duduk disamping wanita itu. “Tante dan om mana?”
            “M..Mba Elsa, mereka masih dirumah sakit. Ini nggak benar Mba. Non Dita keluar dengan senyum diwajahnya.” Kata wanita itu dengan tersedu-sedu.
            “Ah tante Sum. Dita baik-baik aja kok.” Tampak mata Elsa yang mulai berkaca.
            Sebuah sirine berbunyi. Kepala Elsa seperti menjadi semakin besar,matanya begitu melotot, sedangkan pembantu itu dengan kuat menahan tangisnya. Mencoba agar tidak menjadi histeris dengan suara sirine itu.
            Mama dan Papa Dita, tampak turun dari mobil mereka. Elsa menatap mereka, menatap mata mereka yang basa, basa dengan air mata. Mama Dita melihat Elsa, mencoba tersenyum padanya, karena dia tahu Elsa adalah sahabat terbaik Dita.
            Mereka mengangkat jasad itu dan meletakkannya diatas sebuah tempat tidur yang telah disiapkan. Elsa bangkit dari duduknya, melepas rangkulannya dari pembantu itu, mencoba untuk mendekati sosok yang telah menutup mata dan terbujur kaku, namun kakinya begitu berat untuk melangkah. Setetes air mata, jatuh membasahi pipi Elsa, disusul dengan beberapa tetes yang tak berhenti jatuh.
            Mama Dita tampak mendekati Elsa lalu merangkulnya “Elsa? Kita nggak pernah tahu apa yang akan terjadi pada kita dan orang yang ada disekitar kita. Kita harus menjalani hidup untuk hari ini dan untuk hari esok adalah misteri.”
            Elsa menatap Mama Dita dengan mata yang tak hentinya meneteskan air mata. Tak bisa berkata apapun
            “ini buat kamu dari Dita. Tadi Dita ke mall untuk beli ini.” Lanjut Wanita itu sambil memberikan sebuah tas yang berisi tshirt yang bertuliskan Best Friend Forever berwarna biru. Lalu melepas rangkulannya terhadap Elsa dan duduk di sofa tempat pembantu tadi duduk. Mama Elsa tampak mendekati, mencoba menguatkan Mama Dita.
            “Tenang. Dita sudah senang disana...” Hibur Mama Elsa.
            “Kamu benar Diva. Setidaknya dia nggak akan merasa sakit setelah kecelakaan.” Mama Dita tersenyum dan bersandar pada bahu Diva.
            Elsa mendengar itu, namun dia tetap tidak percaya dengan apa yang terjadi. Elsa melihat kearah Papa Dita yang duduk bersama Papanya, tampak tegar menerima apa yang terjadi.
            Dengan berat langkah Elsa mendekati jasad Dita, menatapnya untuk yang terakhir kali. ‘Dita bodoh. Karena tshirt ini, semua terjadi. Kamu terlalu mementingkan persahabatan kita Dit. Aku udah lihat video Super Junior. Kamu benar, mereka keren, suaranya ama dancenya juga nggak kalah keren. Tapi aku takut Dit, takut akan menjadi dingin lagi seperti kita pertama bertemu dan nggak akan ada lagi yang mencoba menghangatkan aku’ Elsa membatin sambil mengingat awal dia bertemu dengan Dita ‘Oh iya, jadi senyum yang kamu minta pas didepan rumah aku, itu memang jadi senyum yang terakhir buat kamu ya? Kenapa kamu nggak bilang? Kalau aku tahu ini akan terjadi, aku akan terus berada disamping kamu, terus tersenyum disamping kamu.’ Lanjut batinnya lalu memeluk tshirt yang dipegangnya.
            Setelah kepergian Dita, Elsa tak dapat merasakan teman seperti dia lagi, teman yang berani mendekati dia. Teman yang pertama membuat Elsa tersenyum disekolah, teman yang menghangatkan hatinya, membuat dia banyak tersenyum.
            Banyak yang tidak begitu dekat lagi dengan Elsa, teman-temannya terlalu sibuk dengan urusan mereka, urusan yang tidak begitu penting.
“Elsa... Elsa... bangun... udah jam satu kamu belum makan.”
            Suara itu membangunkan Elsa yang tertidur ketika mengingat Sahabat lamanya itu.
“Ah iya mama.” Elsa segera bangun dari tidurnya, mengganti pakaiannya.

 


Make My Life Complete Sinopsis
Make My Life Complete Part 1
Make My Life Complete Part 2
Make My Life Complete Part 3
Make My Life Complete Part 4
Make My Life Complete Part 5
Make My Life Complete Part 6
Make My Life Complete Part 7
Make My Life Complete Part 8
Make My Life Complete Part 9 (Last)

No comments: