SEKOLAH
Awal
tahun baru yang menyenangkan. Sudah sepuluh hari berlalu sejak di
tahun yang baru ini. Sekolah pun di mulai sudah sejak beberapa hari yang lalu.
Jalanan menuju sekolah
di kelilingi oleh kabut yang tebal pagi itu. Jarak jalan sepuluh meter kedepan saja
tidak terlihat lagi. Yang biasanya Elsa mengucapkan selamat pagi kepada
orang-orang, pagi itu ia belum mengatakan satupun ucapan selamat pagi karena
belum menemui orang.
Suasana
pagi itu seperti sebuah film horor. Dimana seorang gadis berjalan sendirian
di antara kabut, dengan sekelilingnya yang sunyi.
“aku tidak
pernah melihat yang seperti ini. Lihat, semuanya tak terlihat, yang ada
hanyalah kabut yang tebal.” Kata Elsa dengan dua buah buku yang di peluk
di dadanya.
Suara
langkah kaki terdengar berjalan di belakang Elsa. Langkah itu
terdengar semakin mendekat. Elsa mempercepat langkah kakinya, namun pemilik
langkah kaki itu tampaknya masih mengikuti Elsa.
“Please!
Boleh nggak perlambat langkah kamu dong?” terdengar suara di belakang
Elsa “Aku susah ngejarnya ni. Nggak mungkin aku harus lari-lari di tengah
kabut hanya untuk ngejar kamu. Itukan konyol.” Lanjut suara itu.
Elsa
menghentikan langkahnya, mencoba melihat pemilik langkah kaki yang saat ini
berada disampingnya.
“Azar?”
ketakutan Elsa akan seseorang yang menguntitnya meredah ketika melihat Azar
yang mengenakan seragam serta tas punggung berwarna abu-abu.
“Akhirnya
kamu berhenti. Ayo jalan lagi.” Azar sedikit mendorong Elsa yang sempat
terdiam.
Berjalan di tengah
kabut, di pagi hari, di waktu pergi
ke sekolah, membuat Elsa merasakan ada suatu keganjilan.
“Ini bukan
hari Sabtu. Kenapa kamu disini? Pakai seragam lagi?” Elsa bingung, mencoba
bertanya pada Azar yang memegang lengan tasnya.
“Mau
kesekolah.”
“bukannya
nanti bakal terlambat? Cepat kamu kesekolah.” Elsa membalikkan badan Azar.
Mencoba menyuruhnya untuk segera berangkat ke SMA Swasta.
Azar
kembali membalikkan badannya berjalan menuju SMA Negeri 1 bersama Elsa. “kamu
sendiri? Kenapa masih di jalan? Bukannya sebentar
lagi bel sekolah bunyi ‘kan?”
“Aku nggak
mungkin terlambat, soalnya sebentar lagi sampai disekolah. Pasti tepat waktu.”
“kalau gitu
aku juga sama dong.”
“sama? Sama
apanya, SMA Negeri 1 dan SMA Swasta itu jaraknya...” Elsa menghentikan sejenak
ucapannya sedikit berpikir dan dan mencernah apayang sebenarnya terjadi “Apa kamu pindah sekolah?” lanjut Elsa dengan
nada kaget.
“Iya. Nggak
mungkin di waktu sekolah seperti ini aku masih sempat temani kamu kesekolah.”
“Gimana
bisa?” gumam Elsa
“Semua bisa
jadi. Cuma pindah sekolah aja, kok.”
Sisa
perjalanan menuju sekolah membuat Elsa bertanya-tanya, apa benar yang di lihat
dan di dengarnya pagi ini ditengah kabut? Apa Azar benar-benar pindah
sekolah? Mungkin dia cuma bercanda. Tapi bagaimana bisa seseorang bercanda di saat
waktu yang mepet untuk ke sekolah? Semua pertanyaan
itu ada di benak Elsa, hingga mereka berada di gerbang Sekolah.
“Wah!” Elsa
seketika berhenti di gerbang sekolah, berjalan perlahan-lahan mulai memasuki
lingkungan sekolah.
Sekolah itu
seperti di tutupi oleh kabut, di tambah dengan suasana yang masih sunyi karena
tidak begitu banyak siswa yang datang di sekolah. Ini lebih seperti sebuah
sekolah horor. Dimana tidak ada suara sama sekali dari sekolah yang di selimuti
kabut itu.
“Apa selalu
seperti ini?” tanya Azar yang melihat pemandangan kabut itu ketika memasuki
kelas Xc.
“Baru kali
ini aku lihat kabut menutupi sekolah.” Elsa meletakkan tasnya.
Tempat
duduk Roland menarik perhatian Elsa. Tas yang biasa digunakan Roland berdiri
dan bersandar di tempat duduknya.
“Kabut ini
bikin sekolah jadi serem!!” Roland berkata sambil memasuki kelas dengan memeluk
kedua dadanya.
“Oh! Jadi
kamu sudah datang yah?” tanya Elsa ketika melihat Roland yang masuk dalam
kelas.
“Kayaknya
aku datang kecepet-an, jadinya sedikit jalan-jalan di kelas
sebelah.”
“pantas tas
kamu udah ada.” Elsa sedikit duduk pada pinggir mejanya atau lebih tepat
bersandar pada mejanya.
“Wah!!”
teriak Roland kaget “kenapa kamu disini?” Roland menunjuk pada Azar yang berada
di dekat papan tulis berwarna putih itu.
“Dia pindah
disini.” Elsa menjawab pertanyaan Roland yang masih kaget itu.
“Dikelas
ini?” Roland bersandar pada dinding di samping
pintu masuk.
“Belum
tentu juga! Dia baru pindah hari ini, mungkin bisa di kelas
ini atau terdampar di
kelas lain.”
“Terserah
guru mau nempatin dia di kelas mana. Ngomong-ngomong,
Sinta hari ini Izin, nggak bisa masuk.”
“Emang
kenapa? Apa dia sakit?”
“kalau
sakit mungkin dia akan langsung tulis di surat. Ada alasan lain mungkin.”
“Pagi!
Pagi!” Mouren datang dengan sebuah sweater
yang di kenakannya. “Eh? Dia siapa?” Mouren berbisik ketika melihat Azar
yang berkeliling kelas, hendak melihat-lihat itu.
“Mau tahu,
Ren? Kenalan sana?” Elsa menggoda Mouren yang masih berada di pintu
masuk itu.
“Iya Ren,
lebih bagus kalau kamu langsung kenalan sana.” Roland menambahkan.
“Malas
yah... heng...” Mouren segera menuju tempat duduknya, melepas tas, dan
berkumpul lagi bersama Roland dan Elsa.
Karena
kabut yang masih menyelimuti sekolah, semua siswa hanya apel didalam kelas.
Tak lama
setelah apel pagi, Bu Widya masuk kekelas Xc di ikuti
seorang murid lelaki. Kelas menjadi sedikit ribut, sekalipun mereka telah
melihat Azar yang ada di dalam kelas sebelum apel di laksanakan.
“Sinta
dimana?” Tanya Bu Widya yang melihat kursi Sinta kosong.
“Nggak
masuk, Enci. Sinta izin sekolah hari ini.” Roland memberi keterangan.
“Oh ya
sudah! Hari ini kalian punya teman baru. Dan untuk hari ini, karena Sinta nggak
sekolah Azar duduk sama Elsa dulu yah.” Tunjuk Bu Widya pada kursi tempat
Sinta.
Azar
melepas tas yang ada di
punggungnya, duduk di samping Elsa dan berbisik
“Jadi, kalian bertiga sekelas yah?”
“Iya.” Jawab Elsa pelan/
“Enci mau
ngajar di kelas sebelah, kalian tunggu guru mata pelajaran masuk. Jangan
ribut yah?” Bu Widya mengambil bukunya dan keluar kelas.
“Tampaknya
hari ini kita bebas dari segala mata pelajaran.” Roland bersandar pada meja Vincent.
“Benar
Land? Aku bisa meneruskan membaca novel.” Ferry yang ketika itu dudk di tempat Vincent memegang tangan Roand.
“Jangan
terlalu berharap. Bisa aja kan salah satu dari guru Mata pelajaran masuk
tiba-tiba?” Elsa memecah kesenangan Ferry
“Yang pasti
untuk saat ini kita bebas kan?” Ferry menyolot
“Tapi tetap
harus jaga-jaga, Fer. Bisa aja ada guru pengganti ‘kan?”
Ferry
memasukkan kembali novel yang baru saja di bukanya
“Kamu memang paling bisa buat orang patah semangat, Sa.”
“Lagian
kamu, di sekolah bukannya belajar tapi malah baca novel. Ngomong-ngomong
itu novel tentang apa?”
“tsk...tsk...tsk....
Kamu mau baca novel itu juga? Kalau gitu kamu ama Ferry sama aja, Sa?” Roland
tersenyum miring.
“Kan cuma
mau tahu aja kalau itu novel apa? Lagian kalau aku mau baca, pasti bacanya
dirumah.” Elsa memajukan kedua tangannya, seperti meraih ujung meja dengan
kedua tangannya.
“Udah,
Sa! Ini cerita misteri loh? Kamu mau pinjam? Tapi setelah aku selesai baca
yah?” Ferry mendekatkan badannya pada Elsa.
“Benar Fer?
Makasih yah.” Elsa menarik kembali kedua tangannya.
Ferry
menganggukkan kepalanya “Sama-sama, Sa.”
“Istirahat
lama lagi yah?” Azar berkata dengan suara yang rendah.
Roland
menghela nafas dan menghembuskannya lagi “Jam pertama belum selesai kali, Zar.”
Roland dan
Elsa membuang muka kearah lain, sedang Ferry menundukkan kepalanya, menyatakan
akan ekspresi mereka yang heran dengan pertanyaan Azar.
“Nih anak
baru, baru pertama kali ke sekolah kali yah?” Ferry menggumam dalam tundukkannya.
“Mungkin
Fer.” Roland menyambung.
Hari itu
Sinta seperti di gantikan oleh Azar yang baru pindah itu. Mereka pulang bersama.
Elsa pun tak harus berjalan sendiri lagi menuju perampatan ketika ia berpisah
dengan Roland dan Sinta nantinya, karena akan berjalan terus dengan Azar.
“Gimana?”
tanya Elsa ketika hanya berjalan bersama Azar.
“Apa?”
“Kamu
pernah tanya ‘kan sama aku. Gimana rasanya sekolah di SMA Negeri 1 ini?”
“Ouh! Belum
ada kesan.”
“Belum ada
kesan?” Elsa menghela nafas “Kamu memang belum memiliki kesan, tapi kami udah
punya kesan tentang kamu.”
“Apa? Mana
mungkin kalian pu...”
“Untuk
seorang anak baru” Elsa memotong “Pertanyaan pertama yang dikeluarkannya saat
duduk di kelas ‘Istirahat masih lama yah?’ apa itu bukan sebuah kesan
Eleazar?”
“Aku cuma
bertanya kan? Emang salah?”
“Tapi ada
pertanyaan yang lebih penting dari itu kan.”
“Ya, maaf!”
Azar melanjutkan “Ngomong-ngomong, kakak bilang kamu tunggu sebentar, tunggu
bareng aku.”
“Mau apa?
Ini kan baru pulang sekolah?”
“Ada yang
penting kali, mungkin dia mau pamit.”
“Hahh?
Pamit?” Elsa menjadi sedikit murung ‘Apa dia akan segera berangkat lagi?’
batinnya.
“Harusnya
kalian lebih cepat lagi!” Ezra keluar dari toko yang ada di perampatan.
“Aku udah lama nunggu di sini tau.”
Siswa-siswa
yang tampaknya sedang menunggu di depan toko itu mulai berbisik-bisik memandang
Ezra.
“Itu siapa yah?” Kata
seorang siswa gadis “Kayaknya kenal sama
anak kelas Xc itu?” kata yang lainnya “Itu
bukannya si anak baru?” kata yang lain ketika melihat Azar. “Tapi dia keren yah?” lanjut yang
satunya lagi.
Suasana
tampak sedikit ribut dengan kehadiran Ezra yang memakai baju putih bertangan
panjang dengan celana jins panjang serta sepatu kets yang menjadi alas kakinya. Gaya Ezra tak bisa di ragukan, Ezra
tampak begitu keren.
“Ayo kita
makan.” Ezra mengajak. Dia berjalan sambil merangkul Azar dan Elsa menuju
tempat makan pangsit yang berada di depan toko itu.
Sementara
mata-mata yang berada di depan toko terus memandangi
mereka, melihat mereka yang berjalan bersama dengan rangkulan dari Ezra menuju tempat makan.
Tempat
makan itu tidak begitu ramai. Mungkin karena hari masih siang, karena di saat
malam tempat makan itu akan penuh dengan orang-orang yang datang untuk makan
seporsi Mie Pangsit. Sekalipun yang tersedia bukan hanya Mie Pangsit saja,
masih ada beberapa makanan yang tersedia lagi, artinya banyak pilihan untuk
kita makan.
“Gimana
hari pertama kamu Zar?” tanya Ezra yang
memandang adiknya itu.
“Biasa aja
Kak!” Azar memainkan sebuah sendok di antara
jarinya.
“lebih
tepatnya aneh.” Elsa melihat sendok yang di mainkan Azar “Aneh untuk
seorang anak baru.”
“Aneh?”
kata Azar dan Ezra secara bersamaan melihat pada Elsa, namun Azar berkata
dengan nada yang lebih rendah.
Elsa
mengalihkan pandangannya pada Ezra yang duduk didepannya “Lalu, kapan kakak mau
balik?”
“Kayaknya
belum bulan ini. Mungkin bulan depan.”
“ouh! Bagus
deh.” Elsa tersenyum
“Kenapa?”
“Yah...
biar.. kakak sedikit lama di sini!” Elsa mencari alasan
bahwa yang di inginkannya Ezra berada saat ulang tahunnya yang ke enambelas
nanti.
“Mie nya
udah ada. Ayo makan!” Ezra mengambil sendok dan garpu yang telah tersedia di atas
meja.
Dengan
sedikit sambal dan kecap yang di tuang pada Mie Pangsit itu, mereka menyantap
dengan lahap. Untuk orang yang sedang makan memang tak begitu sopan untuk
bicara. Jadinya, antara mereka bertiga selama makan tak ada yang
bicara satu sama lain.
“Apa kakak
menunggu hanya untuk makan ini?” Pertanyaan pertama yang di lontarkan
Azar ketika mereka selesai makan.
“Bisa aja
‘kan? Emang nggak boleh yah Kak Ezra menunggu agar kita bertiga makan bersama
gitu?” Elsa mengalihkan pertanyaan Azar.
“Kalian
beda pendapat yah? Tapi perbedaan lah yang menjadikan kita satu. Benarkan?”
Ezra berdiri dari tempatnya duduk, membayar atas makanan yang di pesannya
pada kasir dan berjalan keluar.
Hari
pertama di sekolah sebagai seorang murid pindahan untuk seorang Eleazar
Abigael. Dimana di
hari pertama itulah, pertama kalinya dia makan bersama dengan dua
orang yang begitu di
sayanginya.
Dalam
pikiran Azar, mungkin kemunculan kakaknya di toko itu akan menjadi sebuah
berita baginya di sekolah sebagai seorang anak yang baru.
Make My Life Complete Sinopsis
Make My Life Complete Part 1
Make My Life Complete Part 2
Make My Life Complete Part 3
Make My Life Complete Part 4
Make My Life Complete Part 5
Make My Life Complete Part 6
Make My Life Complete Part 7
Make My Life Complete Part 8
Make My Life Complete Part 9 (Last)
1 comment:
Betway Promo Code - 2021 MAX ODDS & Wagers - Mapyro
Make raw titanium use of our Betway Sports Promo Code titanium drill bits MAX ODDS and wager the titanium mens rings largest Betway sportsbook 출장샵 bonus using titanium watches promo code MAX ODDSRF.
Post a Comment